Dede Mulyana


SUATU KALI, KITA AKAN KEMBALI DUDUK DI SINI
Mei 11, 2007, 7:09 am
Filed under: Puisi

suatu kali, kita akan kembali duduk di sini
di antara dinding kota, senja yang terbangun, dan jarak yang semakin akrab
maka, bicaralah kita
tentang gedung dalam lukisan sephia
“kali ini, di mana rindu kita biarkan menyisa?”
tentang kurcaci dengan senyum yang pedih
“adakalanya cinta, benar-benar tak sanggup membuatmu lupa”
tentang kunang-kunang di malam yang terang
“mungkin, tak ada salahnya berhenti mencari?”

suatu kali, kita akan kembali duduk di sini
di antara dinding kota, senja yang terbangun, dan jarak yang semakin akrab

“kau dan aku kehilangan nama
tertinggal di dalam doa yang tidak lagi pernah
menjelma”


kau dan aku bicara
di antara dinding dari senja yang berjarak
dan semakin akrab


5 Komentar so far
Tinggalkan komentar

DENTINGAN BELL TAHUN BARU

Rabalah hangat hatimu, kawan
Tebarkan persahabatan sehangat-hangatnya
Rangkulah kawan lama, kawan baru jangan dimusuhi
Berbagi rasa dengan hangatnya tetesan air mata damai

Mari berpegangan sambil melantun, bersama dentingan bell tahun baru
Kita berdamai, kawan! Kita berdamai, kasih! Kita berdamai, saudara!

Lupakan perbedaan bangsa, kawan
Janganlah risau akan perbedaan warna kulit
Kawan Islam, kawan Kristen, kawan Hindu, kawan Buda
Kawan Pantheistic, kawan Atheis, dan kawan-kawan kepercayaan lainnya
Jabat tangan-tangan mereka dalam senyuman ramah dan setulus hati

Mari berpegangan sambil melantun, bersama dentingan bell tahun baru
Kita berdamai, kawan! Kita berdamai, kasih! Kita berdamai, saudara!

Kecuplah damaimu, kawan
Sirnakan amarah dan dendam, jangan ada kesalahpahaman yang sesat
Kita adalah satu dalam sahabat, persahabatan dalam perdamaian dunia
Waktu telah berlalu, kawan
Jemput nuansa ramah pagi hingga senja, hirup udara damai ditahun yang baru

Mari berpegangan sambil melantun, bersama dentingan bell tahun baru
Kita berdamai, kawan! Kita berdamai, kasih! Kita berdamai, saudara!

Kawan manusia, kawan hewan, dan kawan pepohonan
Kawan wanita dan kawan pria, kawan orang tua dan kawan muda-mudi
Kita bagaikan bagian dari kebaikan hati-hati tertulus dalam mencipta hidup damai
Janganlah terlupakan, kawan
Jiwa-jiwa telah merindu nikmatnya kerukunan dan penghargaan kehidupan

Mari berpegangan sambil melantun, bersama dentingan bell tahun baru
Kita berdamai, kawan! Kita berdamai, kasih! Kita berdamai, saudara!

Dang… ding… dang… dang… ding… dang
Bersama kebaikan dentingan bell tahun baru
Kita berdamai, kawan!

For auld lang syne, my friends

Nenen Gunadi
27-Des-2007

Komentar oleh Nenen

KAU WANITA, KAU BURUH MIGRAN

Kuharap lagu air matamu terdengar disini, dan membius mereka yang terkuat
Kau wanita, kau buruh migran yang terkurung dalam sesaknya ruang kelam
Mencari sejahtera tetapi mendapat sayatan hati yang merobek jiwamu
Memohon naungan hanya diskriminasi yang kau dapat, kemudian tersingkirkan
Kau hanya dianggap sekedar komoditi yang senantiasa menjadi perbudakan
Betapa…! kau wanita terkoyak oleh kemiskinan dan ketidakadilan

Kuharap… kuharap… mereka yang terkuat dinegeri ini ada disana
Saat tubuhmu dihempaskan kelantai hitam, dibenamkan kelembah lumpur ternodakan
Meronta percuma, tali-tali nista menjerat tanganmu, mulutmu terbungkam kain hitam
Kepalamu dibenturkan, terluka hebat lalu kaupun tak tahu lagi tentang nasib tubuhmu
Air mata darahmu menetes, melagu surga menjadi neraka, jiwamu terbang bersama perih
Dan kaupun pulang, ada dalam pelukan orang terkasih yang merana merajut luka-luka
Mengenangmu yang tak akan pernah bangun lagi.

Kuharap… kuharap… mereka yang terkuat dinegeri ini ada disana
Saat hari-harimu terlilit cambuk perkasa yang menembus tulang-tulang putihmu
Makian dari mulut-mulut tuan besar menggelegar menyambar panas daun telingamu
Mata-mata besar menatap tajam pengawas atas dirimu yang bekerja tiada henti
Kekejaman telah membuatmu lumpuh dan kaupun dipulangkan kedesamu
Kau hanya berstatus kelas dua, terminal kelas tiga yang pantas bagimu
Kasusmu terkatup rapat dikotak besi, dan terlupakan sampai berkarat

Lalu, mereka yang terkuat apa yang bisa kau lakukan ?
Ada nyawa-nyawa melayang diantara wanita buruh migran
Ada tubuh-tubuh cacat diantara wanita buruh migran
Kuharap… kuharap mereka yang terkuat ada disana
Merubah perihnya biru langit, menjadi nirwana
Merubah lilitan miskin menjadi samudera sejahtera
Merubah yang tertindas menjadi yang terangkatkan

Kau wanita, kau buruh migran
Harapan bunga hidupmu berebah dipadang-padang harapan waktu
Namun duri-duri selalu saja menghiasi bungamu yang justru melukaimu
Mencoba memanjat tangga pelangi menuju langit, tuk meraih bintang seutuhnya
Namun separuh bintang saja itu sudah keberuntunganmu
Karena tanganmu selalu berdarah dalam genggaman tangan-tangan yang terkuat

Kuingin… kuingin kerajaan berbasis diskriminasi gender dihancurkan
Demi kau wanita, kau buruh migran
Dan dedikasikan buat kau wanita-wanita

~Nenen Gunadi~
19-Des-2007

Komentar oleh Nenen

salam, anda mengambil sajak saya tanpa mencantumkan sumber, mohon hargai karya orang lain.

Komentar oleh gita

tukang copas lagi ya?

Komentar oleh honeylizious

buset tukang fotokopi ya mas? hahaha kacau loe

Komentar oleh ruang kosong




Tinggalkan Balasan ke gita Batalkan balasan